SAMPAIKAN AMANAT MENTERI PPPA RI: Inspektur Upacara Peringatan Hari Ibu ke-96 Tahun 2024 di Lapas Kelas IIB Kotaagung, Komalasari saat menyampaikan amanat Menteri PPPA RI Arifatul Choiri Fauzi bertemakan “Perempuan Menyapa, Perempuan Berdaya Menuju Indonesia Emas 2045”. (Foto-foto: DOKUMENTASI LAPAS KOTAAGUNG)
translampung.id, TANGGAMUS – Tak ubahnya instansi atau lembaga lainnya di Indonesia, Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIB Kotaagung (Lastagung), Kabupaten Tanggamus, turut memperingati Hari Ibu ke-96 tahun 2024, pada Minggu (22/12/2024). Perwujudan peringatan nasional tersebut direalisasikan dengan upacara bendera di dalam lingkungan lapas setempat.
Menariknya, seluruh petugas upacara diperankan oleh seluruh petugas wanita lingkup Lastagung. Dengan Inspektur Ucapara Peringatan Hari Ibu ke-96, yaitu Komalasari. Selain menyesuaikan hari peringatan, kegiatan tersebut sekaligus bentuk apresiasi terhadap keberhasilan nyata para perempuan dalam mendukung kemajuan bangsa.
Upacara diikuti oleh Kepala Lapas Kelas IIB Kotaagung, Andi Gunawan, A.Md.IP., S.H., M.Si. dan seluruh pejabat manajerial, staf, petugas pengamanan, bahkan sampai warga binaan Lapas Kotaagung. Peringatan Hari Ibu ke-96 tahun ini, dalam skala nasional mengusung tema “Perempuan Menyapa, Perempuan Berdaya Menuju Indonesia Emas 2045”.
Tatkala menyampaikan amanat upacara, Komalasari membacakan sambutan Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA) Republik Indonesia, Dra. Hj. Arifatul Choiri Fauzi, M.Si., seraya mengenang betapa agung dan mulianya peran perempuan dalam membangun pondasi bangsa ini. Dan mengingat betapa para perempuan Indonesia telah turut berjuang, mewujudkan kemerdekaan dalam semangat pergerakan yang setara dan berkeadilan.
Bangsa ini dibangun dari pondasi perjuangan para perempuan, yang tak pernah lekang semangatnya untuk mencapai sebuah kehidupan yang lebih baik bagi generasi penerus. Tak terbilang lagi pahlawan perempuan yang namanya tetap harum hingga kini dan menjadi inspirasi bagi kita semua. RA Kartini, Cut Nyak Dien, Cut Meutia, Nyi Ageng Serang, Martha Christina Tiahahu, Rasuna Said, Laksamana Malahayati, dan masih banyak lagi.
Salah satu titik penting perjuangan pergerakan perempuan di masa pra-kemerdekaan dan menjadi tonggak sejarah tersendiri adalah ketika diselenggarakannya Kongres Perempuan Indonesia Pertama pada 22 Desember 1928, di Yogyakarta. Momentum bersejarah ini kemudian ditetapkan sebagai Hari Nasional pada tahun 1959 oleh Presiden Soekarno, yang dinamakan Hari Ibu. Inilah yang membedakan Hari Ibu di Indonesia dengan peringatan Mother’s Day di sejumlah negara di dunia.
”Perjuangan gerakan perempuan ini membawa keyakinan baru bagi perempuan-perempuan Indonesia, bahwa pemenuhan hak dan kesetaraan akan mengantarkan mereka untuk dapat berjalan bersama-sama, serta menjemput kesempatan yang sama. Bahwa ruang untuk berkontribusi adalah milik semua. Keyakinan ini tentunya sangat esensial bagi kemajuan Indonesia, karena perempuan mengisi hampir setengah dari populasi Indonesia. Maka kemajuan perempuan dan partisipasi perempuan dalam pembangunan akan menentukan pula kemajuan Indonesia,” tegas menteri kelahiran Madura, 28 Juli 1969 itu.
Para perempuan yang ikut terlibat aktif dalam perjuangan dan pergerakan, adalah inspirasi bagi semua pihak. Para perempuan ini telah mampu berperan mengubah tatanan kehidupan menjadi lebih baik. Ikut mencipta, membentuk sejarah, dan peradaban manusia ke arah yang lebih bertata nilai, berkeadilan, humanis dalam tatanan politik, ekonomi, sosial, budaya, bahkan teologi.
Perjalanan panjang selama 96 tahun sejak Kongres Perempuan Indonesia pertama, telah ”berbuah manis” bagi kaum Hawa. Kesempatan mengenyam bangku sekolah, peluang kerja, perempuan berpolitik, merupakan kabar baik.
”Melalui Peringatan Hari Ibu inilah, kita kembali diingatkan akan pentingnya peran perempuan dalam mencapai tujuan bangsa,” kata Arifatul Choiri Fauzi.
Di era kekinian, peringatan Hari Ibu diharapkan dapat mewariskan nilai-nilai luhur dan semangat perjuangan yang terkandung dalam sejarah perjuangan kaum perempuan kepada seluruh masyarakat Indonesia. Terutama generasi penerus bangsa, agar mempertebal tekad dan semangat untuk bersama-sama melanjutkan dan mengisi pembangunan dengan dilandasi semangat persatuan dan kesatuan.
”Dalam kesempatan ini, kami ingin menyampaikan, sesuai arahan presiden melalui Astacita, Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KemenPPPA) merencanakan tiga program prioritas dalam lima tahun ke depan. Pertama adalah Ruang Bersama Merah Putih (RBMP), kedua Perluasan Fungsi Call Centre SAPA 129, dan ketiga Satu Data Gender dan Anak Berbasis Desa,” ujar Sekretaris Umum Pengurus Pusat Muslimat Nahdlatul Ulama (PP Muslimat NU) itu.
Ruang Bersama Merah Putih (RBMP), kata dia, sebagai program unggulan KemenPPPA, akan dijadikan sebagai ruang praktik demokrasi dengan nilai-nilai kesetaraan dan keadilan gender. Tujuannya meningkatkan kualitas hidup serta perlindungan perempuan dan anak di desa/kelurahan seluruh Indonesia.
”Ruang Bersama Merah Putih ini merupakan kelanjutan dan pengembangan dari desa/kelurahan ramah perempuan dan peduli anak, yang telah menjadi prioritas KemenPPPA sebelumnya dan akan dikembangkan lebih luas melalui kolaborasi lintas-lembaga pemerintah dan pemangku kepentingan lainnya,” terang Arifatul.
Dalam peringatan Hari Ibu ini, dia mengajak seluruh elemen lembaga dan masyarakat untuk senantiasa saling mengingatkan dan menyemangati rasa kebangsaan. Karena proklamasi 79 tahun lalu adalah perjuangan berat leluhur, setelah ratusan tahun hidup dalam kolonialisme.
”Karenanya, pikiran dan sikap kita juga harus teguh dan konsisten, meneruskan konsensus kebangsaan kita yaitu Pancasila, Bhinneka Tunggal Ika, NKRI, dan UUD 1945,” ajak menteri wanita penerima beasiswa dari Ford Foundation untuk studi program Pasca-Sarjana Komunikasi Universitas Indonesia, dan memiliki sertifikat kompetensinya dalam bidang Meetings, Incentives, Conferences, Exhibitions (MICE).
Kesetaraan bagi seluruh rakyat Indonesia, termasuk perempuan dan laki-laki, memang sudah dijamin sejak awal dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945. Hal ini juga sesuai dengan target yang harus dicapai dalam tujuan pembangunan nasional, baik jangka menengah dan jangka panjang, maupun Tujuan Pembangunan Berkelanjutan sampai dengan tahun 2030.
Maka, dengan mempertimbangkan komitmen bangsa, kondisi, dan isu-isu prioritas hingga saat ini, peringatan Hari Ibu ke-96 Tahun 2024 mengangkat tema “Perempuan Menyapa, Perempuan Berdaya Menuju Indonesia Emas 2045.”
”Momentum peringatan Hari Ibu tahun ini, sebaiknya juga dijadikan momentum untuk bersatu mencapai Indonesia yang maju melalui prinsip equal partnership. Prinsip ini mencerminkan bagaimana perempuan Indonesia berjalan beriringan dengan laki-laki untuk bersama-sama berperan membangun bangsa,” urai Arifatul.
Pergerakan perempuan dalam pembangunan, menurut dia, tidak terlepas dari dukungan semua pihak, baik pemerintah, akademisi dan profesional, dunia usaha, media massa, maupun masyarakat. Peringatan Hari Ibu adalah milik seluruh warga negara Indonesia. Sebagai anak, sebagai istri, sebagai ibu, maupun sebagai teman seperjuangan, yang tidak lelah memberi arti di manapun berada.
”Untuk itu, saya mengucapkan Selamat Hari Ibu ke-96 Tahun 2024, khususnya untuk seluruh perempuan Indonesia. Mari terus berkarya, menjadi sosok yang mandiri, kreatif, inovatif, percaya diri dan terus meningkatkan kualitas dan kapabilitas diri, sehingga bisa menjadi kekuatan yang besar mensejahterakan semua. Perempuan berdaya, anak terlindungi menuju Indonesia Emas 2045,” ucap Arifatul menutup sambutan resminya. (ayp)
Discussion about this post