TRANSLAMPUNG.COM (PANARAGAN)–Pribahasa mengatakan, Tak ada rotan akar pun jadi. Apabila yang baik tidak ada, maka yang kurang baik pun juga bisa dimanfaatkan.
Demikian yang dilakoni oleh Tarmizi (45) bersama rekannya Selamet (44) Warga Tiyuh (Desa) Panaragan, Kecamatan Tulangbawang Tengah, Kabupaten Tulangbawang Barat (Tubaba), mereka terbilang Kreatif dan Inovatif, meliukkan tangan bersama pahat, meski sedikit pemikiran untuk mengubah akar kayu bernilai ekonomis.
Kreativitas mereka ini mampu mengubah kayu gelondongan yang terpendam di dalam tanah dari aliran sungai dengan usia puluhan hingga ratusan tahun untuk menjadi berbagai desain perabotan rumah tangga.
Belum lama, bakat terpendam mereka tersalurkan untuk berkarya. Kerajinan kayu tersebut, ditekuni kedua pria itu sejak tahun 2018 silam, yang kini terus kebanjiran material juga orderan dari berbagai daerah se-Lampung.
Material yang mereka terima dari konsumen pun variatif, berbagai ukuran, dengan panjang rata-rata 2 meter dan berdiameter antara 0,8 hingga 1,5 meter.
Alat kerja yang mereka gunakan pun sangat sederhana, dengan bermodal mesin pemotong kayu (senso), mesin gerinda, golok, palu, pahat, dan alat-alat ukir kayu, keduanya mampu membuat Meja dan Bangku tebal yang disesuaikan dengan kondisi material kayu, bahkan tergantung pemesanan untuk motif yang diukir.
“Selagi kayunya tebal dan bagus, Insyaallah bisa kita bentuk sesuai keinginan, tidak hanya meja dan bangku, kadang-kadang ada pesanan asbak dari kayu yang diukir juga kita buat.” Ungkap Tarmizi kepada translampung.com pada (7/12/2019) sekitar pukul 15.30 Wib, sembari ia mengukir meja yang bermotif ular naga.
Menurut nya, untuk menjadikan satu set meja dan bangku, itu membutuhkan waktu 1 hingga 2 minggu, tergantung tingkat kesulitan yang dikerjakan.
“Jika material bahan meja dan bangkunya cukup, bisa jadi 1 minggu, tapi kalau mau diukir dengan motif yang diinginkan biasa selesai 3 minggu.” Terangnya.
Sementara, Selamet yang bertugas sebagai operator mesin potong dan poles, mengaku untuk merakit satu set meja dan bangku hanya memerlukan waktu 1 hari.
“Jika hanya merakitnya itu cukup mudah, 1 hari bisa 2 set, yang lama itu, finishingnya apalagi kalau pemesanan minta diukir.” Imbuhnya.
Berdasar pantauan, mereka berkerja dilahan berukuran 15 meter persegi, Tarmizi dan Selamet memproduksi karyanya di lokasi samping RSUD Tubaba, Tiyuh Panaragan dan saat ini telah memproduksi belasan set meja santai, dengan ukuran yang bervariasi, sedangkan untuk harga per set dibanderol 2 juta hingga puluhan jutaan rupiah. (D/R).